1.
Pengertian
Neurogenic Bladder adalah adalah gangguan kandung kemih
disebabkan oleh motor atau jalur sensorik dalam sistem saraf pusat atau perifer
yang memiliki masukan untuk blader tersebut (Carpenitto, 2009).
Kandung Kemih Neurogenik (Neurogenic Bladder) adalah hilangnya
fungsi kandung kemih yang normal akibat kerusakan pada sebagian sistem sarafnya
(Isselbacher, 1999).
Kandung Kemih Neurogenik (Neurogenic Bladder) adalah
hilangnya fungsi kandung kemih yang normal akibat kerusakan pada sebagian
sistem sarafnya.
2.
Etiologi
Neurogenic bladder bisa terjadi
akibat:
a.
Penyakit
b.
Cedera
c.
Cacat
bawaan pada otak, medula spinalis atau saraf yang menuju ke kandung kemih,
saraf yang keluar dari kandung kemih maupun keduanya.
Suatu
kandung kemih neurogenik bisa kurang aktif, dimana kandung kemih tidak mampu
berkontraksi dan tidak mampu menjalankan pengosongan kandung kemih dengan baik;
atau menjadi terlalu aktif (spastik) dan melakukan pengosongan berdasarkan
refleks yang tak terkendali. Kandung kemih yang kurang aktif biasanya terjadi
akibat gangguan pada saraf lokal yang mempersarafi kandung kemih.
Suatu
kandung kemih yang terlalu aktif biasanya terjadi akibat adanya gangguan pada
pengendalian kandung kemih yang normal oleh medula spinalis dan otak.
Penyebabnya adalah cedera atau suatu penyakit, misalnya sklerosis multipel pada
medula spinalis yang juga menyebabkan kelumpuhan tungkai (paraplegia) atau
kelumpuhan tungkai dan lengan (kuadripelegia). Cedera ini seringkali pada
awalnya menyebabkan kandung kemih menjadi kaku selama beberapa hari, minggu
atau bulan (fase syok). Selanjutnya kandung kemih menjadi overaktif dan
melakukan pengosongan yang tak terkendali.
3. Patofisiologi
Jika
masalah datang dari sistem saraf pusat, siklus terkait akan terpengaruhi.
Beberapa bagian sistem saraf yang mungkin terlibat diantaranya otak, pons,
medula spinalis dan saraf perifer. Sebuah kondisi disfungsi menghasilkan gejala
yang berbeda, berkisar antara retensi urin akut hingga overaktivitas kandung
kemih atau kombinasi keduanya.
Ketidak
lancaran urinaria berasal dari disfungsi kandung kemih, spinkter atau keduanya.
Overaktivitas kandung kemih (spastic bladder) berhubungan dengan gejala ketidak
lancaran yang mendesak, sedangkan spincter underaktivitas (decreased
resistance) menghasilkan gejala stress incontinence.
4. Gejala
Gejalanya
bervariasi berdasarkan apakah kandung kemih menjadi kurang aktif atau
overaktif. Suatu kandung kemih yang kurang aktif biasanya tidak kosong dan
meregang sampai menjadi sangat besar. Pembesaran ini biasanya tidak menimbulkan
nyeri karena peregangan terjadi secara perlahan dan karena kandung kemih
memiliki sedikit saraf atau tidak memiliki saraf lokal.
Pada
beberapa kasus, kandung kemih tetap besar tetapi secara terus menerus
menyebabkan kebocoran sejumlah air kemih. Sering terjadi infeksi kandung kemih
karena sisa air kemih di dalam kandung kemih memungkinkan pertumbuhan bakteri.
Bisa terbentuk batu kandung kemih, terutama pada penderita yang mengalami
infeksi kandung kemih menahun yang memerlukan bantuan kateter terus menerus.
Gejala dari infeksi kandung kemih bervariasi, tergantung kepada jumlah saraf
yang masih berfungsi.
Suatu
kandung kemih yang overaktif bisa melakukan pengisian dan pengosongan tanpa
kendali karena berkontraksi dan mengendur tanpa disadari. Pada kandung kemih
yang kurang aktif dan yang overaktif, tekanan dan arus balik air kemih dari
kandung kemih ke ureter bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Pada penderita yang
mengalami cedera medula spinalis, kontraksi dan pengenduran kandung kemih tidak
terkoordinasi, sehingga tekanan di dalam kandung kemih tetap tinggi dan ginjal
tidak dapat mengalirkan air kemih.
5. Pemeriksaan Penunjang
Kandung
kemih yang membesar bisa diketahui pada pemeriksaan perut bagian bawah.
Urografi intravena, sistografi maupun uretrografi dilakukan untuk memperkuat
diagnosis. Pemeriksaan tersebut bisa menunjukkan ukuran ureter dan kandung
kemih, batu ginjal, kerusakan ginjal dan fungsi ginjal. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan USG atau sistoskopi. Dengan memasukkan kateter melalui uretra bisa
diketahui jumlah air kemih yang tersisa. Untuk mengukuran tekanan di dalam
kandung kemih dan uretra bisa dilakukan dengan cara menghubungkan katetera
dengan suatu alat pengukur (sistometografi).
6. Komplikasi
a.
Kebocoran urin
b. Retensio urin
c.
Rusaknya pembuluh darah ginjal
d. Infeksi kandung kemih dan ureter.
7. Prognosis
0 komentar:
Posting Komentar