Kamis, 21 Juli 2016

Neurogenic Bladder



1.        Pengertian
Neurogenic Bladder adalah adalah gangguan kandung kemih disebabkan oleh motor atau jalur sensorik dalam sistem saraf pusat atau perifer yang memiliki masukan untuk  blader tersebut (Carpenitto, 2009).
Kandung Kemih Neurogenik (Neurogenic Bladder) adalah hilangnya fungsi kandung kemih yang normal akibat kerusakan pada sebagian sistem sarafnya (Isselbacher, 1999).
Kandung Kemih Neurogenik (Neurogenic Bladder) adalah hilangnya fungsi kandung kemih yang normal akibat kerusakan pada sebagian sistem sarafnya.


2.        Etiologi
Neurogenic bladder bisa terjadi akibat:
a.         Penyakit
b.         Cedera
c.         Cacat bawaan pada otak, medula spinalis atau saraf yang menuju ke kandung kemih, saraf yang keluar dari kandung kemih maupun keduanya.
Suatu kandung kemih neurogenik bisa kurang aktif, dimana kandung kemih tidak mampu berkontraksi dan tidak mampu menjalankan pengosongan kandung kemih dengan baik; atau menjadi terlalu aktif (spastik) dan melakukan pengosongan berdasarkan refleks yang tak terkendali. Kandung kemih yang kurang aktif biasanya terjadi akibat gangguan pada saraf lokal yang mempersarafi kandung kemih.
Suatu kandung kemih yang terlalu aktif biasanya terjadi akibat adanya gangguan pada pengendalian kandung kemih yang normal oleh medula spinalis dan otak. Penyebabnya adalah cedera atau suatu penyakit, misalnya sklerosis multipel pada medula spinalis yang juga menyebabkan kelumpuhan tungkai (paraplegia) atau kelumpuhan tungkai dan lengan (kuadripelegia). Cedera ini seringkali pada awalnya menyebabkan kandung kemih menjadi kaku selama beberapa hari, minggu atau bulan (fase syok). Selanjutnya kandung kemih menjadi overaktif dan melakukan pengosongan yang tak terkendali.

3.      Patofisiologi
Jika masalah datang dari sistem saraf pusat, siklus terkait akan terpengaruhi. Beberapa bagian sistem saraf yang mungkin terlibat diantaranya otak, pons, medula spinalis dan saraf perifer. Sebuah kondisi disfungsi menghasilkan gejala yang berbeda, berkisar antara retensi urin akut hingga overaktivitas kandung kemih atau kombinasi keduanya.
Ketidak lancaran urinaria berasal dari disfungsi kandung kemih, spinkter atau keduanya. Overaktivitas kandung kemih (spastic bladder) berhubungan dengan gejala ketidak lancaran yang mendesak, sedangkan spincter underaktivitas (decreased resistance) menghasilkan gejala stress incontinence.

4.      Gejala
Gejalanya bervariasi berdasarkan apakah kandung kemih menjadi kurang aktif atau overaktif. Suatu kandung kemih yang kurang aktif biasanya tidak kosong dan meregang sampai menjadi sangat besar. Pembesaran ini biasanya tidak menimbulkan nyeri karena peregangan terjadi secara perlahan dan karena kandung kemih memiliki sedikit saraf atau tidak memiliki saraf lokal.
Pada beberapa kasus, kandung kemih tetap besar tetapi secara terus menerus menyebabkan kebocoran sejumlah air kemih. Sering terjadi infeksi kandung kemih karena sisa air kemih di dalam kandung kemih memungkinkan pertumbuhan bakteri. Bisa terbentuk batu kandung kemih, terutama pada penderita yang mengalami infeksi kandung kemih menahun yang memerlukan bantuan kateter terus menerus. Gejala dari infeksi kandung kemih bervariasi, tergantung kepada jumlah saraf yang masih berfungsi.
Suatu kandung kemih yang overaktif bisa melakukan pengisian dan pengosongan tanpa kendali karena berkontraksi dan mengendur tanpa disadari. Pada kandung kemih yang kurang aktif dan yang overaktif, tekanan dan arus balik air kemih dari kandung kemih ke ureter bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Pada penderita yang mengalami cedera medula spinalis, kontraksi dan pengenduran kandung kemih tidak terkoordinasi, sehingga tekanan di dalam kandung kemih tetap tinggi dan ginjal tidak dapat mengalirkan air kemih.

5.      Pemeriksaan Penunjang
Kandung kemih yang membesar bisa diketahui pada pemeriksaan perut bagian bawah. Urografi intravena, sistografi maupun uretrografi dilakukan untuk memperkuat diagnosis. Pemeriksaan tersebut bisa menunjukkan ukuran ureter dan kandung kemih, batu ginjal, kerusakan ginjal dan fungsi ginjal. Bisa juga dilakukan pemeriksaan USG atau sistoskopi. Dengan memasukkan kateter melalui uretra bisa diketahui jumlah air kemih yang tersisa. Untuk mengukuran tekanan di dalam kandung kemih dan uretra bisa dilakukan dengan cara menghubungkan katetera dengan suatu alat pengukur (sistometografi).

6.      Komplikasi
a.       Kebocoran urin
b.      Retensio urin
c.       Rusaknya pembuluh darah ginjal
d.      Infeksi kandung kemih dan ureter.

7.      Prognosis
Prognosis baik jika kelainan terdiagnosis dan diobati sebelum terjadi kerusakan ginjal.

0 komentar:

Posting Komentar